Saturday, June 8, 2013

Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut Rhoma Irama


By on 4:39 AM

Sistem Pemerintahan Indonesia menurut Rhoma Irama memang cukup unik, dari stasiun televisi yang satu ke stasiun televisi yang lain Raden Haji Oma Irama atau yang biasa kita kenal Rhoma Irama ini acap kali memberikan suatu pandangan tentang sistem pemerintahan Indonesia menurut beliau. Pandangan Rhoma Irama terhadap sistem pemerintahan Indonesia tak lepas dari sejarah yang menempa hidup dan pikiran beliau. Mari kita apa apa saja yang membentuk buah pikiran dan karakter akan sistem pemerintahan indonesia ala Raden Haji Oma Irama. 

Tentang Rhoma Irama

  1. Raden Haji Oma Irama yang dikenal dengan nama Rhoma Irama lahir di Tasikmalaya, pada tanggal11 Desember 1946.
  2. Pria berdarah biru ini adalah putra ke 2 dari 14 bersaudara, 8 laki-laki dan 6 perempuan (8 saudara kandung, 4 saudara seibu dan 2 saudara dari ayah tirinya).
  3. Ayahnya, Raden Burdah Anggawirya, adalah komandan gerilyawan Garuda Putih, beliau memberinya nama ‘Irama’ karena bersimpati terhadap grup sandiwara Irama Baru asal Jakarta yang pernah diundangnya untuk menghibur pasukannya di Tasikmalaya. 

Foto Rhoma Irama For President 2014

Masa Kecil Rhoma Irama


Sebelum pindah ke Tasikmalaya, keluarga Rhoma Irama tinggal di Jakarta. Di kota Jakarta kakak Rhoma Haji Benny Muharam dilahirkan. Setelah beberapa tahun tinggal di Tasikmalaya, keluarga Rhoma Irama dan kakaknya, Haji Benny Muharam, beserta adik-adiknya Rhoma Irama, Handi dan Ance, pindah lagi ke Jakarta. Mereka tinggal di Jalan Cicarawa, Bukit Duri, kemudian pindah lagi ke Bukit Duri Tanjakan. Di Bukit Duri Tanjakan inilah mereka menghabiskan masa kecil dan remaja sampai tahun 71 baru kemudian pindah lagi ke daerah Tebet.

Sedari kecil Rhoma Irama sudah memperlihat bakat seninya. Rhoma Irama acap kali berhenti menangis jikalau ibundanya, Tuti Juariah menyenandungkan lagu-lagu. Masuk kelas nol ( TK), Rhoma Irama sudah mulai menyukai lagu lagu. Minatnya tumbuh besar ketika masuk sekolah dasar. Menginjak kelas 2 SD, Rhoma Irama sudah dapat menyanyikan lagu Barat dan India dengan baik. Rhoma Irama sering menyanyikan lagu No Other Love, lagu favorit ibunya, dan lagu Mera Bilye Buchariajaya. Selain itu, Rhoma Irama juga menyukai lagu-lagu Timur Tengah yang pada saat itu dipopulerkan oleh Umm Kaltsum.

Bakat musik Rhoma Irama mungkin berasal dari ayahnya yang ahli dalam memainkan alat musik seruling serta menyanyikan lagu-lagu kesenian Sunda. Selain itu, paman Rhoma Irama suka mengajarinya lagu Jepang ketika Rhoma masih kecil. Dari pengalamannya menyanyikan lagu India dan Barat waktu sekolah dasar, dan juga lagu pop serta rock Barat hingga akhir 1960-an lalu beralih ke musik Melayu, menjadikan lagu yang diciptakan dan dinyanyikan Rhoma Irama mempunyai karakter tersendiri.

Dikarenakan usia dengan kakaknya Benny tidak berbeda jauh, Rhoma selalu kompak dengan abangnya. Yang berbeda dengan kakaknya adalah Rhoma lebih sering ikut mengaji di surau atau rumah kyai. Ke sekolah pun mereka berdua selalu berangkat bersama-sama. Dengan berboncengan sepeda mereka berangkat menuju SD Kibono di Manggarai.

Di SD, bakat menyanyi Rhoma semakin terasah karena setiap kali ada kesempatan untuk menyanyi didepan kelas, RHoma tidak takut untuk mempertunjukan keahliannya. Rhoma Irama bahkan menyanyi dengan suara keras. Setiap kali menyanyi Rhoma selalu jadi perhatian murid-muridkarena Rhoma tidak menyanyikan lagu anak-anak ataupun lagu kebangsaan, melainkan lagu-lagu India atau lagu barat.

Bakat Rhoma tersebut mendapat perhatian penyanyi senior, Bing Slamet karena melihat penampilan Rhoma yang mengesankan ketika menyanyikan sebuah lagu Barat dalam acara pesta di sekolahnya. Ketika Rhoma duduk di kelas 4 SD, Bing membawanya tampil dalam sebuah show di Gedung Serikat Buruh Kereta Api, yang berada di Manggarai.

Sejak itu, Rhoma muda mejadi tergila gila dengan musik. Dengan Otodidak, ia belajar memainkan gitar sampai ahli. Rhoma sering membuat ibunya marah besar, setiap pulang sekolah, yang pertama dia cari adalah gitar. Begitu juga kalau keluar rumah, gitar tak luput dari list barang yang wajib dibawa.

Pernah ada cerita bahwa, ketika ibunya menyuruh Rhoma menjaga adiknya, Rhoma menolak karena sedang bermain gitar. Akibat ulahnya itu, ibunya marah dan melempar gitarnya lalu ke pohon jambu hingga gitar Rhoma pecah dan rusak.

Sewaktu Rhoma masih kelas 5 SD tahun 58, ayahnya meninggal dunia. Ayah Rhoma meninggalkan 8 anak, yakni : Benny, Rhoma, Handi, Ance, Dedi, Eni, Herry, dan Yayang. Ketika kakak Rhoma, Benny duduk di kelas 1 SMP, ibunya menikah lagi dengan  perwira ABRI, Raden Soma Wijaya, yang masih ada hubungan darah. Ayah tirinya ini memiliki 2 anak dari istrinya yang terdahulu.

Rhoma Irama tinggal di daerah Tebet memang waktu itu tergolong cukup "berada" bila dibandingkan dengan masyarakat sekitar rumahnya. Rumah yang bagus serta memiliki beberapa mobil  mewah di zaman itu. Rhoma sendiri pun sangat fashionable pada jamannya.

Ayah tiri Rhoma inilah yang membuka jalan bagi Rhoma ke dunia musik, di dampingi pamannya, Rhoma mendapat ‘angin’ untuk menyalurkan bakat musiknya. Secara bertahap ayah tirinya membelikan alat-alat musik akustik berupa gitar, bongo, dan sebagainya.


Foto Rhoma Irama Masa Remaja

Masa Kenakalan Remaja dan Perjuangan Rhoma Irama

Dunia Rhoma di masa kanak-kanak tergolong cukup bengal. Rhoma suka berkelahi dengan anak-anak lain, memang lingkungan pergaulannya ketika itu tergolong cukup keras. Seperti Anak-anak zaman sekarang yang cenderung mengelompok dalam geng, dan mencoba eksis dengan berbuat onar atau bersaing terhadap geng lainnya, zaman remaja Rhoma Irama pun seperti itu. Dengan demikian, perkelahian antar geng sering kali tak pelak terhindarkan lagi.

Di Bukitduri tempat tinggalnya, hampir setiap kampung di daerah itu terdapat geng (kelompok anak muda). Di Bukitduri ada BBC (Bukit Duri Boys Club), di Kenari ada Kenari Boys, Cobra Boys, dan sebagainya. Dari Bukitduri Puteran, dan dari Manggarai banyak anak muda yang bergabung dengan Geng Cobra. Geng-geng ini saling bermusuhan sehingga keributan selalu hampir terjadi setiap kali mereka bertemu.

Rhoma selalu menjadi pemimpin. Tentu saja, bila gengnya bentrok dengan geng lain, Rhoma selalu tampil paling depan, untuk berkelahi tentunya. Meskipun pernah menang beberapa kali, Rhoma juga sering mengalami babak belur, bahkan pernah luka cukup parah karena dikeroyok 15 anak di daerah Megaria.

Ketika ia masuk SMP, tempat-tempat berlatih silat semakin marak. Tetapi, bagi Rhoma, ilmu bela diri nasional ini tidaklah asing, karena sejak kecil ia sudah mendapat latihan dari ayahnya dan beberapa guru silat lainnya. Rhoma pernah belajar silat Cingkrik (paduan silat Betawi dan Cimande) pada Pak Rohimin di Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Rhoma juga pernah belajar silat Sigundel di Jalan talang, selain beberapa ilmu silat yang lain. Bila terjadi perkelahian antar geng, para anggota geng saling menjajal ilmu silat yang telah mereka pelajari.

Karena kebandelannya itulah maka Rhoma beberapa kali harus tinggal kelas, sehingga karena malu maka ia acapkali berpindah sekolah. Kelas Tiga SMP dijalaninya di Medan. Ketika itu ia dititipkan di rumah pamannya. Tapi, tak berapa lama kemudian ia sudah pindah lagi ke SMP Negeri XV Jakarta.

Kenakalan Rhoma terus berlanjut hingga bangku SMA. Sewaktu bersekolah di SMA Negeri VIII Jakarta, ia pernah kabur dari kelas lewat jendela karena ingin bermain musik dengan teman-temannya yang sudah menunggunya di luar. Kegandrungannya pada musik dan berkelahi di luar dan dalam sekolah membuatnya acapkali keluar masuk sekolah SMA. Selain di SMA Negeri VIII Jakarta, ia juga pernah tercatat sebagai siswa di SMA PSKD Jakarta, St Joseph di Solo, dan akhirnya ia menetap di SMA 17 Agustus Tebet, Jakarta, tak jauh dari rumahnya.

Di masa SMA lah Rhoma sempat melewati masa-masa sangat pahit. Ia terpaksa menjadi pengamen di jalanan Kota Solo. Di sana dia ditampung di rumah seorang pengamen bernama Mas Gito. Sebenarnya, sebelum ‘terdampar’ di Solo, ia berniat hendak belajar agama di Pesantren Tebuireng Jombang. Namun, karena tidak membeli karcis, Rhoma, Benny kakaknya, dan tiga orang temannya, Daeng, Umar, dan Haris harus main kucing-kucingan dengan kondektur selama dalam perjalanan. Daripada terus gelisah karena takut ketahuan lalu diturunkan di tempat sepi, mereka akhirnya memilih turun di Stasiun Tugu Jogja. Dari Jogja, mereka naik kereta lagi menuju Solo.

Di Solo, Rhoma melanjutkan sekolahnya di SMA St. Joseph. Biaya sekolah diperolehnya dari mengamen dan menjual beberapa potong pakaian yang dibawanya dari Jakarta. Namun, karena di Solo sekolahnya tidak lulus, Rhoma harus pulang ke Jakarta dan melanjutkan sekolah di SMA 17 Agustus sampai akhirnya lulus tahun 1964. Ia kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Sosial Politik Universitas 17 Agustus, tapi hanya bertahan satu tahun karena ketertarikan Rhoma kepada dunia musik sudah terlampau besar.

Rhoma Irama Tampil di Salah Satu Stasiun Televisi

Puncak Karir Rhoma Irama
Pada tahun tujuh puluhan, Rhoma sudah menjadi penyanyi dan musisi ternama setelah jatuh bangun dalam mendirikan band musik, mulai dari band Gayhand tahun 1963. Tak lama kemudian, ia pindah masuk Orkes Chandra Leka, sampai akhirnya membentuk band sendiri bernama Soneta yang sejak 13 Oktober 1973 mulai berkibar. Bersama grup Soneta yang dipimpinnya, Rhoma tercatat pernah memperoleh 11 Golden Record dari kaset-kasetnya.

Tahun 1972, ia menikahi Veronica yang kemudian memberinya tiga orang anak, Debby (31), Fikri (27) dan Romy (26). Tetapi sayang, Rhoma akhirnya bercerai dengan Veronica bulan Mei 1985 setelah sekitar setahun sebelumnya Rhoma menikahi Ricca Rachim – partner-nya dalam beberapa film seperti Melodi Cinta, Badai di Awal Bahagia, Camellia, Cinta Segitiga, Melodi Cinta, Pengabdian, Pengorbanan, dan Satria Bergitar. Hingga sekarang, Ricca tetap mendampingi Rhoma sebagai istri.

Kesuksesannya di dunia musik dan dunia seni peran membuat Rhoma sempat mendirikan perusahaan film Rhoma Irama Film Production yang berhasil memproduksi film, di antaranya Perjuangan dan Doa (1980) serta Cinta Kembar (1984).

Kini, Rhoma yang biasa dipanggil Pak Haji ini, banyak mengisi waktunya dengan berdakwah baik lewat musik maupun ceramah-ceramah di televisi hingga ke penjuru nusantara. Dengan semangat dan gaya khasnya, Rhoma yang menjadikan grup Soneta sebagai Sound of Moslem terus giat meluaskan syiar agama.

Hingga saat ini Rhoma Irama tetap konsisten dalam meluaskan syiar agama. Rhoma Irama sadar betul bahwa Indonesia yang merupakan negara dengan penduduknya mayoritas beragama Islam mempunyai potensi yang luar biasa jika masyarakat muslim bersatu dalam naungan Islam. Namun tak dapat dipungkiri oleh Rhoma Irama bahwa walaupun negara Indonesia ini masyarakatnya mayoritas beragama Islam tetapi Sistem Pemerintahan Indonesia bukan bedasarkan hukum syariat Islam. Rhoma Irama menginginkan agar semua masyarakat muslim Indonesia sadar bahwa yang terbaik bagi Sistem Pemerintahan Indonesia adalah harus kembali pada ajaran agama. Berbekal pengalaman mensyiarkan Islam lewat lagu, dan mengajak masyarakat ke jalan yang disukai-Nya lewat lagu, dan didorong oleh fans Rhoma Irama yang tersebar didalam penjuru Indonesia, maka Rhoma Irama mengajak masyarakat Indonesia memegang teguh Islam agar Sistem Pemerintahan Indonesia sesuai dengan koridor ajaran-Nya. Agama : Soulusi Untuk Sistem Pemerintahan Indonesia Yang Lebih Berahlaq, itulah konsep Sistem Pemerintahan Indonesia ala Rhoma Irama alias Bang Haji.


Ketemu Blog Ini Dari Google ya? :)

Pengen bisa kayak blog nuansa? Makanya, kalo mampir ke blog orang, kamu biasain share lewat facebook/twitter/G+, atau follow blognya, atau setidaknya comment di blognya. Lambat laun nanti blog kamu bakal dikenal google karena banyak jejak kamu dimana mana. Tapi kalo mau tau cara lebih cepet, hubungi nuansa aja di contact us. Tapi sebelumnya, tinggalin jejak dulu ya. :)

1 comments: